Rabu, 16 Februari 2011

6. Ibadah Shalat



  1. PENGERTIAN

 Pengertian shalat dapat berupa D o ‘a, Tiang agama, Penghapus dosa DAN Kunci  Surga  “Ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan (do’a-do’a dan bacaan-bacaan) dan perbuatan, dimulai dari takbiratul ihram dan disudahi dengan salam dengan syarat dan rukun tertentu”.

Syarat shalat adalah sesuatu yang harus ada sebelum seseorang mengerjakan shalat, sedangkan rukun shalat adalah amalan yang harus ada (dilakukan) dalam shalat.

SYARAT  SAH Shalat
1.Suci dari Najis
2.Suci dari hadats
3.Menutup aurat
4.Masuk waktu shalat
5.Menghadap kiblat

SYARAT  WAJIB Shalat
1.         Islam
2.         Suci dari Haid dan Nifas
3.         Berakal sehat
4.         Baligh
5.         Sampai dakwah
6.         Dalam keadaan sadar: tidak lupa & tidur
7.         Tidak buta dan tidak tuli
8.         Mengetahu rukun dan sunnah shalat

RUKUN Sahalat
1.         Berdiri
2.         Niat
3.         Takbiratul Ihram
4.         Baca Al-Fatihah
5.         Ruku’ dan tuma’nina
6.         I’tidal dan tuma’nina
7.         Sujud dua kali dan tuma’nina
8.         Duduk (iftirasy) di antara dua sujud dan tuma’nina
9.         Duduk Tasyahud akhir
10.      Baca tasyahud  akhir
11.      Shalawat atas Nabi
12.      Mengucap Salam
13.      Tertib

      Hal yang Membatalkan Shalat
1.     Behadas
2.     Kena najis yang tidak dimaafkan
3.     Berkata yang disengaja yang mengandung arti biar satu huruf
4.     Terbuka aurat
5.     Mengubah niat
6.     Makan / minum yang disengaja
7.     Bergerak 3 kali berturut-turun
8.     Membelakangi kiblat
9.     Menambah rukun berupa perbuatan
10.     Tertawa terbahak-bahak
11.     Mendahului imam 2 rukun
12.     Murtad


  1. KEDUDUKAN SHALAT

Dalam agama Islam ibadah shalat menduduki tempat yang sangat penting atau istimewa. Keistimewaan itu terlihat dari beberapa petunjuk dalil, di antaranya  sebagai  berikut:
Pertama, Merupakan tiang utama penyangga tegaknya pengakuan ke-Islaman seseorang. Nabi pernah bersabda yang artinya “Shalat adalah tiang agama, barang siapa mendirikan shalat, sungguhlah ia menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkan shalat berarti ia meruntuhkan agama”. (H.R. Baihaqi dari Ibnu Umar).
Kedua, Ibadah yang diturunkan secara langsung (diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril, melainkan Nabi dipanggil langsung menghadap-Nya, peristiwa Isra’ Mi’raj).
Ketiga, Amal yang akan dihisab (diperiksa) pertama kali oleh Allah kelak. Nabi pernah bersabda; “pertama amal manusia yang akan dihisab di hari qiyamat (perhitungan)  adalah shalat, jika shalatnya baik maka akan dinilai baiklah seluruh amalnya yang lain dan jika shalatnya jelak maka akan dianggap jelaklah  amal selainnya”.
Keempat, Salah satu sendi (rukun) dari rukun Islam yang lima. Nabi pernah bersabda, “Islam ditegakkan atas lima sendi, yaitu: Syahadat , shalat, zakat, puasa dan haji”. (H.R. Bukhari-Muslim dari Ibnu Umar).
Kelima, Ancaman yang berat bagi orang yang meninggalkan shalat. Firman Allah: (Bertanya penghuni syurga kepada penghuni neraka) “Apakah yang menyebabkan kamu dijerumuskan ke dalam neraka? Mereka menjawab: kami (dulu ketika di dunia) tidak mengerjakan shalat”. (Qs. 74: 42-43)


  1. FUNGSI SHALAT

Segi Raohanai
    1. Mengingatkan manusia kepada Allah yang telah menciptakan manusia dan alam semesta (Qs. 20: 14). Dengan mengingat Allah hati manusia menjadi tenteram (Qs. 13: 28). (Ketenteraman hati) melahirkan kekuatan rohaniah pada manusia (Qs. 70: 19-23). Hal yang demikian akan mengantarkan manusia mencapai kesuksesan-kesuksesan hidup (usaha)
    2. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (Qs. 29:45). Dari fungsi ini, shalat akan membentuk moral baik manusia. Hasbi Ash-Shiddiqi menyebutkan bahwa; inilah ruh shalat (hidupnya shalat seseorang) dalam kehidupan sosial.

Segi Jasmani
Akan menumbuhkan sifat suka kebersihan, kerapian dan kedisiplinan. Ibadah shalat di awali dari thaharah (pembersihan jasmani dan rohani dari hadats dan najis). Dan shalat dilakukan dalam waktu-waktu yang sudah ditentukan oleh ajaran (tidak sembarangan).


  1. SHALAT YANG DITUNTUNKAN

Shalat akan berfungsi sebagaimana tersebut di atas apabila dilaksanakan sesuai dengan tuntunan yang diberikan Nabi, yaitu:
    1. Dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
    2. Terus menerus dilakukan (istiqomah), tidak malas seperti shalatnya orang munafiq. Firman Allah: (Orang munifiq itu, apabila shalat, mereka shalat dengan malas (asal-asalan).
    3. Terpenuhi syarat dan rukunnya.
    4. Dilakukan dengan hati yang khusyu’, pikiran terpusatkan dan bacaan yang berjiwa. Untuk ini, kuasai bacaan shalat dengan lancer dan fahami ma’na setiap bacaan/ do’a yang dibaca.
    5. Gerakan anggota badan yang mencerminkan ketenangan
    6. (Shalat lima waktu) diutamakan dengan berjama’ah.


SUNNAH Shalat

Sunnat Ab’adl (bila ditinggal sunnah sujud sahwi)
1.       Tasyahud awal setalah duduknya
2.       Shalawat atas Nabi dlm tasyahud awal
3.       Shalawat atas keluarga Nabi dlm tasyahud akhir
4.       Qunut

Sunnat Hai’at (bila ditinggal tidak perlu sujud sahwi)
1.       Angkat tangan pada takbiratul ihram, ruku’, I’tidal,  & berdiri dari tahiyat awal
2.       Tangan kanan di atas kiri antara dada dan pusat
3.       Baca iftitah
4.       Baca ta’awudz
5.       Baca amin di akhir fatihah
6.       Baca surat pendek
7.       Keraskan suara dlm baca fatihah & surat pd magrib, isya’ dan subuh
8.       Baca takbir pd perpindahan rukun
9.       Baca “samiallahulimanhamida”
10.      Baca tasbih pda ruku’ dam sujud
11.      Meletakkan tangan di atas paha dan menunjuk ketika baca “illallah.
12.      Duduk iftirasy pd setiap duduk
13.      Duduk tawaruk pd tahiyat akhir
14.      Baca salam yang kedua
15.      Berpaling ke kakan dan kekiri pd salam

.           SUNNAH dilakukan sebelum Shalat
1.    Adhan
2.    Iqamah


  1. HIKMAH DAN RAHASIA SHALAT

Ibadah shalat mengandung hikmah yang besar dan menghasilakn manfa’at dan faedah bagi yang mengerjakannya dan bagi pergaulan umum, yaitu antara lain:
    1. Menghidupkan rasa takut, khudlu’, tunduk kepada-Nya dan menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesaran dan rasa ketinggian Allah, serta meng-Eesakan kebesaran dan kekuasaan-Nya
    2. Mendidik dan melatih manusia mejadi orang yang tenang, dapat menghadapi berbagai kesusahan hidup dengan hati yang tenang. Qs. Al-Ma’arij (70) : 10. “Bahwasannya manusia itu dijadikan berkeluh kesah, apabila tertimpa kesukaran bersifat gundah danapabila ditimpa kebajikan bersifat kikir dan menahan kebajikan, kecuali orang-orang yang mendirikan shalat.”
    3. Menjadi penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan. Allah berfirman yang artinya: “ Sesungguhnya shalat itu (menghalangi) manusia mengerjakan perbuatan keji dan mungkar” (Qs. 29: 45).
    4. Shalat berjama’ah, menyempurnakan shalat orang-orang yang kurang ibadahnya, karena bersama dengan orang lain yang –mungkin- lebih baik ibadahnya (tersempurnakan).

SHALAT

A. Pengertian Shalat:
1. D o ‘a
2. Tiang agama
3. Penghapus dosa
4. Kunci  Surga

B. MACAM SHALAT

1.Shalat Fardlu
a. Fardlu A’in: Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya’ dan Subuh
b. Fardlu Kifayah: Shalat Janazah
2.Shalat Sunnah
a. Sunnah Rawatib
b. Sunnah Nawafil

C. SUNNAH dilakukan sebelum Shalat
1. Adhan
2. Iqamah

D. SYARAT  SAH Shalat
1. Suci dari Najis
2. Suci dari hadats
3. Menutup aurat
4. Masuk waktu shalat
5. Menghadap kiblat

E. SYARAT  WAJIB Shalat
1. Islam
2. Suci dari Haid dan Nifas
3. Berakal sehat
4. Baligh
5. Sampai dakwah
6. Dalam keadaan sadar: tidak lupa & tidur
7. Tidak buta dan tidak tuli
8. Mengetahu rukun dan sunnah shalat

F. RUKUN Sahalat
1. Berdiri
2. Niat
3. Takbiratul Ihram
4. Baca Al-Fatihah
5. Ruku’ dan tuma’nina
6. I’tidal dan tuma’nina
7. Sujud dua kali dan tuma’nina
8. Duduk (iftirasy) di antara dua sujud dan tuma’nina
9. Duduk Tasyahud akhir
10. Baca tasyahud  akhir
11. Shalawat atas Nabi
12. Mengucap Salam
13. Tertib

G. SUNNAT Shalat

1. Sunnat Ab’adl:
 a. Tasyahud awal setalah duduknya
 b. Shalawat atas Nabi dlm tasyahud awal
c. Shalawat atas keluarga Nabi dlm tasyahud akhir
d. Qunut

2. Sunnat Hai’at
a.   Angkat tangan pada takbiratul ihram, ruku’, I’tidal,  & berdiri dari tahiyat awal
b.  Tangan kanan di atas kiri antara dada dan pusat
c.   Baca iftitah
d.  Baca ta’awudz
e.  Baca amin di akhir fatihah
f.   Baca surat pendek
g. Keraskan suara dlm baca fatihah & surat pd magrib, isya’ dan subuh
h. Baca takbir pd perpindahan rukun
i.  Baca “samiallahulimanhamida”
j. Baca tasbih pda ruku’ dam sujud
k Meletakkan tangan di atas paha dan menunjuk ketika baca “illallah”
l. Duduk iftirasy pd setiap duduk
m. Duduk tawaruk pd tahiyat akhir
n.  Baca salam yang kedua
o.  Berpaling ke kakan dan kekiri pd salam

3. Hal yang Membatalkan Shalat
a.     Berhadas
b.     Kena najis yang tidak dimaafkan
c.  Berkata yang disengaja yang mengandung arti walau satu huruf
d. Terbuka aurat
e.  Mengubah niat
f.   Makan / minum yang disengaja
g. Bergerak 3 kali berturut-turut
h.  Membelakangi kiblat
i.  Menambah rukun berupa perbuatan
j.  Tertawa terbahak-bahak
k. Mendahului imam 2 rukun
l.  Murtad


9. Konsep Ekonomi Islam


BEBERAPA KAIDAH ISLAM
TENTANG EKONOMI


1.      Islam dan Problem Ekonomi.
Kita sebagai muslim meyakini bahwa Islam merupakan mata rantai terakhir dari agama Allah di dunia ini. Islam telah disempurnakan dan memberikan pedoman hidup yang menyeluruh (termasuk dalam hal berekonomi) kepada seluruh ummat manusia (rahmatan lil ‘alamiin).
Manusia dalam hidupnya memiliki banyak kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu manusia bekerja. Usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya itu sebagian besar dapat dikategorikan dalam kegiatan ekonomi.

2.      Pedoman-pedoman Islam tentang bidang ekonomi.
Petunjuk al-qur’an tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (cara yang benar dan yang tidak dibenarkan):
a.      Mengeksploatir kekayaan alam. QS. 16: 14. QS. 40: 79-80.
b.      Hak milik berfungsi sosial (hak milik perseorangan terdapat nilai-nilai keadilan sosial. QS. 9: 104. QS 9: 60.
c.      Berniaga atas prinsip suka rela, tidak ada paksaan, tidak ada pemerasan, tidak ada pemalsuan dan tidak ada tipu muslihat. QS. 4: 29.
d.      Pembelanjaan harta kepada yang manfaat, tidak kepada yang haram. Gunakan prioritas yang lebih penting. QS. 17: 26-27.

3.      Beberapa landasan ekonomi Islam.

a.      Landasan Aqidah.
       Manusia sebagai khalifah Allah mengemban amanat untuk memanfaatkan potensi alam untuk mencukupi kebutuhannya. Karena bumi diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk memanfaatkan alam itu manusia dibekali oleh Allah beberapa potensi (akal, indera, dan kemampuan badaniah lainnya).
       Bekerja dalam Islam bukan tujuan, tetapi sarana untuk mencari ridho Allah. Allah suka sama manusia yang mau bekerja. Dari kerja itu nanti akan dipertanggung jawabkan (oleh setiap manusia) proses dan hasilnya di hadapan Allah.

b.      Landasan Moral.
       Islam mengajarkan: makanan yang terbaik adalah yang diperoleh dari usahanya sendiri. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan yang ada di bawah. Islam mendorong agar orang banyak memberikan jasa kepada masyarakat. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia (al-Hadits).
       Agar kegiatan yang dilakukan dalam bidang ekonomi memenuhi landasa moral seperti telah disebutkan tsb diperlukan syarat-syarat etis, sbb:(1) Bekerja harus yang halal. (2) bekerja dengan tidak mengakibatkan madharat pada orang lain. (3) Nilai keadilan harus ditegakkan (jangan samapai terjadi pemerasan/ eksploitasi tenaga kerja).

c.      LandasanYuridik.
       Landasan yuridik ajaran Islam dalam bidang ekonomi Islam adalah: (1) al-Qur’an. (2) As-Sunnah. (3) Ra’yu (ijtihad) dengan beberapa metode al; qiyas, maslahah mursalah, istihsan, istishhab ,atau urf.


4.      Obyek pembahasan.

Beberapa hal berikut erat kaitannya dengan problem ekonomi dan perlu mendapat perhatian tersendiri, yaitu:
a. Kerja.
b. Hak milik.
c. Campur tangan negara dalam perekonomian.
b. Solidaritas sosial.

5.      Pandangan Islam tentang kerja.

a.   Bekerja sebagai nilai hidup.
     Beramal (kerja) menurut ajaran Islam mencakup segala macam pekerjaan yang menghasilkan imbalan jasa, baik berbentuk kegiatan jasmaniah materiil, atau kegiatan fikiran, juga jabatan keahlian.
     Pekerja menurut pandangan Islam bukan merupakan suatu kelas dalam masyarakat. Konsepsi Islam tentang masyarakat adalah masyarakat itu terdiri dari kerjasama atau tolong-menolong antara para pekerja yang terhimpun di dalamnya.
     Dalam Islam orang akan dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan secara terhormat apabila ia bekerja dan berusaha. Berdiam diri menanti pertolongan orang lain atau berusaha mencukupkan kebutuhan dengan jalan meminta-minta tidak dapat dibenarkan, bahkan amat tercela. Nabi pernah bersabda: “ Sesungguhnya Allah mencintai orang mukmin yang berkerja”.

b.   Lapangan kerja.
     Disebutkan oleh al-Qur’an secara tersirat tentang ini, antara lain:
     (1) Pertanian dan peternakan. QS. 80: 24-32. QS. 6: 99. QS. 16: 5.
                                 QS. 23: 21.
     (2) Kerajinan atau perindustrian. Qs. 16: 80. QS. 34: 10-11.
     (3) Perdagangan. QS. 4: 29
.
c.   Pembagian lapangan kerja.
     Kebutuhan hidup manuisa beraneka ragam, dan sulit bisa dipenuhi sendiri. Oleh karena aitu, pembagian lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu mutlak diperlukan. Islam menjamin kebebasan memilih lapangan kerja (sesuai dengan kodrat pembawaan bakatnya). Islam memberikan nilai positif terhadap pembagian spesialisasi lapangan kerja. QS. 14: 32.
     Dengan adanya kodrat perbedaan bakat pada manusia itu, maka Allah memerintahkan agar umat manusia menyelenggarakan kehidupan saling bertolong-menolong, saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

d.  Kerja sebagai faktor produksi.


6.      Hak milik.

a.   Manusia dan hak milik.
     Memiliki sesuatu merupakan pembawaan naluriah manusia, itu adalah hak alami, hak kodrati atau hak asasi yang wajib dihormati dan dilindungi.

Deklarasi Dunia tentang hak-hak asasi manusia pasal 17 berisi:
(1) Setiap orang berhak mempunyai milik baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain.
(2) Seorang pun tidak boleh dirampas miliknya dengan semena-mena.

     UUD 1945 pasal 33 menentukan:
(1)    Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
(2)    Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3)    Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan diperguanakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bagi bangsa Indonesia terdapat kecenderungan untuk membatasi hak milik perseorangan atas benda-tertentu.




b.   Hak milik dalam Islam.
     Al-Qur’an menegaskan adanya hak milik Allak sebagai hak milik mutlak. QS. 5: 17.
     Dalam waktu yang  sama mengakui adanya hak milik manusia yang merupakan hak milik nisbi (relatif). QS. 2: 279. QS. 2:188. Hak milik nisbi artinya segala sesuatu yang menjadi hak milik manusia hakekatnya adalah milik Allah; berasal dari pemberian Allah. Oleh karena itu manusia harus memperhatikan bagaimana cara memperoleh dan membelanjakannya.
     Hak milik perseorangan juga diakui, dihormati dan dilindungi keselamatannya, tetapi diatur bagaimana cara memperoleh dan membelanjakannya, namun sejauh mana batasannya (banyaknya) tidak terdapat batasan yang jelas oleh nash.           
         
     Hukum Islam merumuskan cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh hak milik, sebagai berikut:
(1)    Menguasai benda-benda mubah atau benda-benda bebas, yaitu yang belum dimiliki seseorang, dengan jalan menghidupkan tanah mati, berburu dan menguasai harta karun dan tambang.
(2)    Perikatan (akad) pemindahan hak milik.
(3)    Warisan dan hak keagamaan lainnya.
(4)    Syuf’ah (hak membeli dengan paksa bagi anggota persekutuan thd bagian anggota persekutuan yang lain yang dipindahkan kepada orang lain di luar anggota persekutuan tanpa izin para anggota persekutuan lainnya.
(5)    Iqtha’ (pemberian hak guna pakai oleh pemerintah dan hadiah lainnya).

Cara pembelanjaan hak milik, yaitu: pembelajaan untuk:
(1)    Diri sendiri.
(2)    Keluarga.
(3)    Menabung untuk cadangan.
(4)    Kepentingan masyarakat.

Hak milik masyarakat.
Islam mengenal hak milik masyarakat atas berbagai macam benda yang apabila menjadi hak milik perseorangan akan mengakibatkan keberatan-keberatan beban hidup masyarakat. Islam melarang terjadinya hak milik perseorangan atas tiga macam benda, yaitu:
(1)   Harta benda yang sejak semula diperuntukkan bagi kepentingan  umum, yang apabila menjadi milik perseorangan tujuannya tidak terpenuhi.
(2)   Harta yang hasilnya tidak seimbang dengan kerja yang diperlukan; kerja terlalu kecil jika dibanding dengan hasilnya yang amat besar.
(3)   Harta yang semula milik perseorangan kemudian beralih menjadi milik negara, atau harta benda yang berada di bawah kekuasaan negara sejak semula.

7.     Campur tangan negara.
Gagasan campur tangan negara dalam bidang perekonomian diperoleh sumbernya dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunnah rasul; yaitu ajaran-ajaran tentang harus ditegakkannya solidaritas sosial, tanggung-menanggung dan kerja sama para anggota masyarakat (ta’awanu ‘alal birri wattaqwa).

8.      Bidang-bidang campur tangan negara.
a.   Bidang pekerjaan.
b.   Menentukan upah kerja.
c.   Memaksa kerja.
d.   Menghilangkan perantara.
e.   Membatasi harga.
f.    Memaksa menjual dan menyewakan.

9.      Masalah Nasionalisasi.
Islam mengajarkan agar Negara melindungi kepentingan masyarakat dan perseorangan. Islam mengajarkan juga bahwa dalam kehidupan masyarakat harus dapat dilaksanakan hubungan-hubungan kepentingan antara individu dan kelompok secara seimbang.
Sistem ekonomi Islam adalah tengah-tengah antara kapitalisme dan sosialisme, mengakui dan melindungi eksistensi individu dalam batas keserasiannya dengan kepentingan masyarakat, dan dalam waktu yang sama memperhatikan kepentinganmasyarakat tanpa melebur existensi individu. QS. 2: 143.

10.   Solidaritas Sosial.

a.      Manusia makhluk sosial.
       Ummat manusia seluruhnya berasal dari satu keturunan QS. 49: 13, oleh karena itu ummat manusia adalah satu keluarga. Atas dasar ini maka Allah memerintahkan saling tolong-menolong dalam berbuat kebajikan dan taqwa QS. 5: 2.
       Kerja sama antar ummat manusia akan dapat terlaksana apabila solidaritas sosial dapat dipupuk.

b.      Individu dan masyarakat.
       Keakuan manusia (dalam Islam) tetap diperhatikan. Rasa keakuan itulah yang merupakan asas utama bagi terselenggaranya kerja sama. Atas dasar rasa solidaritas sosial dan tanggungjawab. Rasa keakuan diperlukan sebagai pendorong kegiatan-kegiatan hidupnya. Rasa solidaritas diperlukan guna menjamin terlaksananya kehidupan masyarakat. Antara aku dan engkau harus dapat ditimbulkan rasa kita. Tak boleh dihadapkan sebagai dua eksistensi yang secara ketat berlainan, bersaing (seperti kapitalisme >< sosialisme dan komunisme).

c.      Masalah kaya dan miskin.
       Islam memandang bahwa keadaan kaya miskin itu adalah merupakan sunnatullah. Hal itu terjadi karena adanya perbedaan kekuatan fisik, fikir, semangat kerja dan ketabahan jiwa dalam bekerja. Antar si `kaya dan si miskin tidak dihadapkan sebagai yang bertentangan kepentingan, tapi dihadapkan dalam hubungan rasa kasih sayang dan saling menghormati. Si kaya berkewajiban menolong si miskin dan si miskin berkewajiban menghormati hak-hak si kaya.

d.      Lembaga-lembaga solidaritas sosial.
       Diperlukan dalam rangka menjaga lancarnya kegiatan dalam rangka solidaritas sosial.
1). Kewajiban atas harta benda, meliputi:
a.      Nafkah keluarga.
b.      Zakat.
c.      Kewajiban kemasyarakatan melalui lembaga negara.
2). Shadaqah Sunnah.
Memberikan sebagian harta untuk kepentingan masyarakatdi luar kewajiban zakat. 
               
11.   Konsep Harta Islami
       Syari’at mengatur kekayaan pribadi:
a.      Pemanfaatan kekayaan: Syariat tidak memperbolehkan seseorang  memiliki kekayaan yang tidak digunakan.
b.      Pembayaran zakat: Pemilik kekayaan harus membayar zakat  sebanding dengan kekayaan  yang dimilikinya (untuk pribadi kepada  pemilik mutlak, Allah), QS, 59: 7 à harta harus beredar.
c.      Penggunaan yang berfaedah: baik di jalan Allah, mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan (QS, 2: 261)
d.      Penggunaan kepada yang tidak merugikan (melampoi batas)
e.      Pemilikan yang sah (QS, 4:29)
f.       Penggunaan berimbang,  jangan boros / kikir ( QS, 17: 29; 4: 36-37)
g.      Pemanfaatan sesuai hak: hak diri, keluarga dan masyarakat.
h.      Kepentingan kehidupan.